Memanen Salak Di Desa Sibetan
|Usai berkunjung ke Bali, orang sering membawa oleh-oleh buah salak selain membawa aksesoris khas Bali. Layaknya Yogyakarta dengan salak pondohnya, Bali juga memiliki buah salak khas daerah tersebut yang juga disebut dengan salak Bali. Dibandingkan dengan salak pondoh, salak Bali ukurannya lebih kecil atau sedang dengan bentuk yang bulat lonjong. Warna coklatnya pun cenderung lebih cerah dengan sisik yang lebih halus. Asiknya, daging buah salak bali lumayan tebal dengan biji yang kecil. Teksturnya pun lebih kering dan yang pasti rasanya manis dan renyah. Nah, jika anda ingin membeli salak yang langsung matang dari pohon, jangan lewatkan untuk berkunjung ke salah satu daerah di Bali ini, desa Sibetan, kecamatan Bebandam, kabupaten Karangasem.
Desa yang berjarak sekitar 42 km atau 60 menit perjalanan dari Denpasar ini merupakan pusat penghasil salak Bali. Anda yang dari kota Amplapura hanya akan menempuh jarak sejauh 8 km untuk ke desa ini. Sementara jika anda usai berlibur ke candidasa bisa melanjutkn agrowisata ke daerah ini hanya dengan jarah 20 km. Di sepanjang jalur di Desa ini anda akan dimanjakan dengan pemandangan pohon salak yang berada di sisi kiri dan kanan jalan. Pohon-pohon tersebut tampak berjajar rapi yang semakin menambah keindahan sekitar. Dengan didukung susasana yang sejuk semakin memberikan kenyamanan bagi siapa saja yang berkunjung ke desa agrowisata ini. Lebih dari 15 varietas salak dikembangkan di sini. Namun yang lebih terkenal dan diunggulkan adalah salak jenis nenas dan gula pasir.
Desa sibetan berada pada ketinggian 400-600 meter dpl (diatas permukaan laut). Suhu rata-rata di desa ini sekitar 20º-30º C dengan curah hujan sekitar 1.567 mm-20.000 mm per tahun. Dengan ketinggian dan suhu udara yang dimiliki, tak mengherankan jika daerah ini cocok untuk pertanian salak. Oleh karenanya sebagian besar wilayah desa diubah menjadi perkebunan salak. Luasnya mencapai 1.125.000 hektar atau sekitra 81,12 % dari keseluruhan luas wilayah. Salak-salak di sini pun ditanam secara organik oleh masyarakat setempat sehingga menambah nilai plus pada hasila alam Sibetan ini.
Dari bulan Desember hingga Februari mendatang merupakan masa panen salak. Jadi jika anda berkunjung saat ini, anda tidak hanya bisa membawa buah salak sebagai buah tangan tapi juga bisa menyaksikan langsung proses panen, mulai dari pemetikan hingga pemasarannya buah salak. Lantaran jumlahnya yang melimpah pada masa panen, masyarakat sekitar pun cukup kreatif dengan mengembangkannya menjadi makanan olahan dengan beragam jenis, mulai dari dodol, wine, sirup, kripik, atau pun manisan.
Tak hanya menyaksikan proses panen salak, beragam budaya dan kesenian daerah Sibetan juga menjadi tontonan yang sayang untuk dilewatkan. Salah satunya adalah kesenian genjek atau pun angklung. Lantaran sering didatangi wisatawan, tak mengherankan jika anda dengan mudah bisa menemukan berbagai gerai makanan dan minuman serta penginapan yang disediakan masyarakat setempat. Anda juga bisa menginap di hotel murah di Bali seperti:
Refrensi:
- http://www.wisatadewata.com/article/wisata/agro-wisata-desa-sibetan
- http://bali.panduanwisata.id/spot-wisata/meyaksikan-eksotisme-kebun-salak-sibetan/